Sunday, September 26, 2021

,

Bahasa Sebagai Jembatan Komunikasi

Bulan September ini Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog mengambil tema pengalaman berbahasa seumur hidup. Tema yang menantang sampai bingung mau cerita apa wkwk, tapi setelah bertapa :p akhirnya muncul juga ide mau cerita tentang apa hehe. Selamat membaca! :)




Pertama Kali Ke Luar Negeri


Sebagai seorang yang lahir, besar di Kota Bandung dan keturunan Sunda asli, bahasa yang saya gunakan sehari-hari adalah bahasa Sunda dan bahasa Indonesia. Pemahaman bahasa Inggris saya juga sangat pas-pasan, sehingga wajar saya menempati Kelas Reading saat mata kuliah bahasa Inggris hehe. 

Saat kerja, saya merantau tinggal di daerah sekitar Bandara Internasional Soekarno Hatta. Setelah tiga tahun bekerja, perusahaan meminta saya untuk factory visit ke China selama seminggu. Tujuan factory visit untuk mengecek pengadaan barang runway sweeper, training dan diakhiri dengan presentasi. Ketika diberitahu oleh pak Manager mata saya berbinar-binar sungguh senang sekali, ini pertama kalinya saya akan ke luar negeri. 

Tapi kemudian saya ragu dengan kemampuan bahasa Inggris saya, apakah saya mampu?

Menghadapi keberangkatan ini saya mempersiapkannya dengan cukup baik, untuk memantapkan bahasa saya jadi sering menonton video-video bahasa Inggris dan baca literatur bahasa Inggris. Sesampainya di China, ternyata tidak seperti yang saya bayangkan. Saya kira tour guide yang akan mendampingi selama di China akan full berbahasa Inggris. Ternyata tour guide saya cukup fasih berbahasa Indonesia dengan baik. Alhamdulillah training dan presentasi dengan bahasa Inggris dapat dilalui dengan cukup baik. Oia teman sesama MGN mbak Afina juga pernah bercerita tentang pengalaman beliau dalam berbahasa Inggris, bisa dibaca artikelnya ya.





Nona tour guide selama saya di China ini asli keturunan China. Ketika melamar jadi tour leader, beliau memutuskan untuk menjadi tour leader wisatawan Indonesia. Sebelum terjun ke lapangan, beliau diwajibkan menjalani kursus intensif bahasa Indonesia selama 3 bulan. Kagum dan salut saat mendengar warga asing yang inging belajar berbahasa Indonesia dan hanya dalam waktu 3 bulan sudah bisa berbahasa Indonesia.

Efek dari Pendidikan 


Suatu hari saya berkesempatan satu meja rapat langsung dengan ibu Direktur perusahaan dimana saya bekerja. Sejujurnya saya lupa materi yang Ibu Direktur sampaikan waktu itu, tapi yang saya ingat adalah banyak sekali kosa kata yang saya tidak mengerti. Saya bertanya pada rekan kerja saya juga sama saja tidak mengerti :p tapi setidaknya saya bisa menangkap inti dari rapat yang dilaksanan hari itu.

Ibu Direktur adalah lulusan dari luar negeri, pengalaman kerjanya juga sangat banyak. Sangat wajar pembendaharaan kosa katanya sangat luas, baik bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia. Oleh karena itu saya menyimpulkan semakin tinggi tingkat pendidikan sangat berpengaruh pada tingkat berbahasa seseorang.  

Ternyata persoalan bahasa juga saya alami setelah saya resign. Alhamdulillah bisnis UMKM saya dan suami cukup berkembang sehingga kami bisa merekrut satu demi satu pegawai. Tingkat pendidikan pegawai kami memang cukup bervariatif, dari lulusan SD, SMP dan SMK. Kemampuan berbahasa pegawai juga variatif, mulai dari yang biasa berbahasa Indonesia hingga hanya berbahasa Sunda saja untuk berkomunikasi. Hehe

Inilah tantangan yang saya rasakan di awal-awal berbisnis. Bagaimana caranya berkomunikasi agar tujuan komunikasi itu tercapai. Ternyata banyak kosa kata bahasa Inggris sehari-hari/kosa kata yang mungkin tidak umum bagi pegawai saya. Akibatnya pegawai tidak paham sehingga terjadi miss di pekerjaan. Oh inilah perasaan yang dulu saya rasakan saat berhadapan dengan ibu Direktur di perusahaan dulu. 

Akhirnya saya dan suami mencari solusi untuk pemasalahan bahasa ini. Solusinya seperti apa? Seringkali kami harus mencari padanan kata yang lebih mudah atau mengubah kalimat menjadi lebih simple. Kami pun wajib menanyakan ulang kepada pegawai paham atau tidak dengan instruksi yang diberikan, hal ini diperlukan agar tidak terjadi miss di pekerjaan.


Penutup


Jika saat ke China saya belajar berbahasa Inggris dengan baik, siapa sangka ternyata di Indonesia saya harus belajar lagi menyesuaikan bahasa Indonesia agar mudah dimengerti. Walaupun kita bisa menggunakan isyarat sebagai komunikasi, tapi sungguh benar bahasa adalah jembatan komunikasi. Oleh karena itu, belajar bahasa saya rasa adalah proses pembelajaran sepanjang hayat yang harus kita lalui bersama. 


2 comments:

  1. Menarik pengalamannya Teh,,, wah, jadi penasaran baca-baca isi blog Teteh yang lain

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah nuhun tehh Meta, terima kasih sudah berkunjung :)

      Delete