Showing posts with label bayi prematur. Show all posts
Showing posts with label bayi prematur. Show all posts

Wednesday, May 9, 2018

, , , , , , ,

DRAMA ASIX DAN POST PARTUM DEPRESSION

Alhamdulillah Senin, 10 April 2017 pukul 05.28 WIB keturunan pertama kami lahir ke dunia. Untuk cerita lengkap saat persalinan bisa dilihat disini ya. Saat bayi baru lahir, bayi didekap di dada saya hanya sebentar saja. Karena prematur dan BB bayi yang kecil (1,99 Kg) dikhawatirkan bayi mengalami kedinginan sehingga harus dibawa ke ruang perawatan. Proses IMD (Inisiasi Menyusui Dini) pun jelas tidak kami lakukan. Sekitar pukul 08.00 bayi sudah dimandikan dan dikasihkan lagi ke saya. Saat itu barulah saya bisa melihat dengan jelas dan seksama wajah bayi mungil yang kami nanti-nanti. Ganteng dan putih. Namun kebersamaan saya dan bayi juga hanya sebentar karena harus dilaksanakan pemeriksaan bayi secara intensif. Saya ingat saat itu pun bayi belum saya susui.
Putih dan Ganteng
Sekitar pukul 10 pagi saya dipindahkan ke ruang inap. Setelah itu dokter kandungan visit utk memeriksa kondisi saya dan menanyakan apakah ASI saya sudah keluar belum. Suster pun memeriksa PD saya. Saat itu hanya setetes dua tetes ASI yang keluar. Dokter dan suster menenangkan, tidak apa-apa nanti ASI juga akan keluar setelah sering dirangsang oleh isapan bayi. Apalagi ini anak pertama jadi wajar jika tidak langsung keluar. Sekitar sore hari dokter anak pun visit mengunjungi kami. Jujur kami sangat khawatir bagaimana kondisi bayi kami. Alhamdulillah ternyata setelah dilakukan pemeriksaan, bayi kami dinyatakan sehat, tidak perlu di inkubator. Bayi kami pun dapat tidur satu ruangan dengan ibunya. Di atas tempat tidur bayi diberi lampu LED untuk menjaga suhu tubuh bayi agar tetap hangat.

Selama di rumah sakit saya belajar menyusui bayi walau ASI belum keluar dan saya juga masih kikuk dalam menggendong/menyusui. Di hari ketiga saya diperbolehkan pulang dari RS namun bayi kami tidak boleh pulang karena ternyata bayi kuning dan harus disinar. Jujur saya dan suami belum pernah tahu sebelumnya penyakit kuning pada bayi itu  seperti apa. Ditambah ASI saya yang belum keluar  menyebabkan saya dan suami panik luar biasa. Dengan gencarnya program ASIX (ASI Ekslusif) membuat saya dan suami ingin bayi kami full ASI setidaknya sampai 6 bulan. Namun kondisi yang membuat kami harus memperbolehkan bayi diberi Sufor. Karena saat disinar, bayi lebih banyak membutuhkan cairan jadi Sufor adalah alternatifnya karena ASI saya  masih sedikit saat dipompa. Saat di rumah pun saya mencoba memompa setiap dua jam sekali, walaupun yang keluar hanya setetes-setetes tetap ditampung dan diantarkan ke RS.
Pertama kali pompa saat di rumah
Selama bayi disinar di RS, saya boleh berkunjung setiap 2x sekali. Saat berkunjung saya manfaatkan untuk menyusui bayi secara langsung dan menjalin bonding dengan bayi. Masa-masa itu masa yang tidak akan saya lupakan karena saya selalu panik dan merasa tidak tenang. Saya khawatir kapan bayi akan bisa dibawa pulang, panik dengan BB bayi yang kecil, merasa bersalah karena terlalu cape waktu hamil, dll. Saya belum bisa membawa aura positif bagi diri saya sendiri yang pada akhirnya ASI pun terhambat. Agar ASI mengalir lancar diperlukan hormon oksitosin, hormon yang tercipta karena rasa tenang, yakin dan bahagia.
ASI yang diantar ke RS, setelah mompa semalaman
Setelah tiga hari disinar akhirnya kami membawa pulang paksa bayi kami. Alasannya karena nilai bilirubin bayi sudah menurun, BB bayi pun sudah sesuai syarat dokter untuk pulang 1,9kg. Selain itu kami yakin jika bayi selalu berada dekat ibunya recovery bayi akan lebih cepat. Selama di rumah kami lebih hati-hati dalam merawat bayi. Di tempat tidur bayi ditambah lampu LED agar ruangan hangat dan bayi tidak kedinginan. Alhamdulillah saat di rumah ASI sudah mulai lancar sehingga bayi pun disusui rutin 2 jam sekali. Jika setelah tidur 2 jam bayi belum bangun, biasanya saya akan mengilikitik kakinya agar terbangun.
Welcome Home, Samudra Dipa Negara
Sekitar dua minggu setelah lahiran saya mendapatkan kado breastpump elektrik dari teman2 kuliah. Ketika mencoba pertama kali pumping dengan BP Elektrik, ASI saya keluar sekitar 30-40ml. Namun beberapa hari kemudian saya pumping lagi dan hasilnya hanya menetes-netes. 20ml pun tidak terkumpul dari dua PD padahal bayi belum saya susui. Saya panik luar biasa. Bagaimana kalau ASI saya habis, bagaimana kalau bayi sudah full Sufor dari usia dua minggu, bagaimana kalau tidak ada stok ASI ketika bayi ditinggal kerja. Pikiran negatif berputar-putar di otak saya dan saya tidak bisa mengontrol diri saya sendiri.
Hasil pompa saat kondisi sedang drop
Di sisi lain, bayi pun sering kali terlihat tidak kenyang dan menangis keras setelah menyusu.  Oh mungkin ini karena ASI saya kurang. Ketika saya kemukakan pada orang tua, beliau bilang ditambah saja dengan susu formula agar bayi kenyang. Namun berkebalikan dengan orang tua saya, suami saya sangat pantang untuk memberikan sufor kepada bayi kami. Usahakan ASI sampai usia 6 bulan tidak boleh dicampur sufor. Pada akhirnya kami mendatangi dokter laktasi untuk berkonsultasi soal ASI. Dokter laktasi bilang kalau ASI saya cukup namun memang harus ditingkatkan lagi agar berat bayi naik lebih banyak lagi dan dokter pun tidak menyarankan untuk ditambah susu formula. Pendapat dokter tidak sepenuhnya mengurangi rasa gelisah saya, saya selalu merasa kalau ASI saya kurang. Ya, ini masalah Mental.

Berzikir dan berdoa pun tidak berhasil mengurangi rasa gelisah yang saya alami. Saya merasa iman saya sangat lemah kala itu. Puncak depresi yang saya rasakan adalah saat saya tidak bisa tidur malam selama berhari-hari, kurang lebih dua minggu. Saya juga tidak pernah bisa tidur siang untuk mengistirahatkan pikiran. Saya selalu merasa tidak fokus dan hilang konsentrasi. Saya pernah berpikir untuk mencarikan ibu susu untuk anak saya. Saya pernah berpikiran untuk menghilang dan pergi dari keluarga bahkan ada pikiran yang lebih parah lagi. Jika mengenang masa-masa itu rasanya mengerikan sekali dan saya tidak mau mengulanginya.

Kondisi saya mulai membaik ketika saya, suami dan bayi kembali ke rumah kontrakan kami. Mungkin tekanan perdebatan antara orang tua dan suami saya juga sudah jauh berkurang, karena kami tidak lagi tinggal serumah. Saya rasa mental dan perasaan saya benar-benar membaik. Akibatnya saat memompa pun hasilnya bisa lebih banyak. Saat kembali bekerja dan rutinitas seperti biasa mulai kembali, rasa depresi saya makin memudar. Saat di kantor saya sempatkan waktu 3x sehari untuk pumping. Walaupun hasilnya selalu bervariatif tapi alhamdulillah hasil pumping di kantor dan di rumah mencukupi untuk bayi Full ASI sampai usia 6 bulan. Bayi kami baru ditambah susu formula saat berusia 11 bulan, itu pun karena saya hamil anak kedua. Alhamdulillah wal syukurillah, terima kasih ya Allah.
Hasil pompa 2 PD saat kondisi mental membaik
FULL, hasil pompa 2 PD saat sudah kembali bekerja

Untuk ibu hamil dan menyusui, ini beberapa tips agar terhindar dari depresi yang saya alami:
1. Selalu bersyukur dan berserah diri
Mungkin stress dan kegelisahan yang saya alami ini bener2 karena saya kurang bersyukur dan pasrah dengan segala ketentuan-Nya. Jika kita bersyukur dan berserah diri, insya Allah nikmat yang kita terima akan bertambah. Rasa syukur dan berserah diri juga mengakibatkan hati jadi tenang. Jika hati tenang, ASI akan mengalir dengan lancar.

2. Jadi seorang ibu itu harus Happy
Oksitosin akan mengalir jika ibu senang. Cari aktivitas yang bisa membuat mood ibu membaik. Jauhkan aura negatif dan kumpulkan aura positif sebanyak mungkin. Ibu Happy, ASI lancar.

3. Meningkatkan iman dan taqwa
Menjadi seorang ibu itu harus siap lahir batin. Faktor lahiriah bisa kita latih, namun untuk batin harus kita isi dengan meningkatkan iman dan taqwa pada Sang Pencipta. Baik ketika awal hamil maupun sudah lahiran.

4. Jangan pendam masalah sendiri
Jika kita merasa punya masalah setelah persalinan, jangan pernah dipendam. Kita harus punya support group atau teman yang bisa berbagi ide dan nasihat ketika kita merasa down. Sehingga mengurangi beban yang kita rasakan.

Mungkin itu tips yang bisa saya bagikan. Semoga bermanfaat dan semoga di kehamilan kedua ini rasa keimanan terhadap Allah SWT lebih meningkat, lebih tenang menghadapi persalinan, ASI lebih lancar keluarnya, dan aura positif juga terpancar selalu. Semoga teman-teman yang sedang hamil juga diberikan kelancaran dan ketenangan dalam persalinan. Aamiin ya Rabb. Mohon doanya ya :)
Continue reading DRAMA ASIX DAN POST PARTUM DEPRESSION

Tuesday, November 14, 2017

, , , , , , ,

Cerita Melahirkan Samudra Dipa Negara

Kamis, 06 April 2017
Hari ini adalah hari pertama kami kontrol kehamilan di RS Borromeus karena sebelumnya kami selalu kontrol di RS Hermina. Di RSB ini saya kontrol dengan dr. Ellys. Beliau menjelaskan kondisi janin kami dengan baik. Alhamdulillah janin sehat hanya berat badannya masih kurang. Di usia 35w ini berat janin baru 2,35 kg di bawah rata2 berat janin yg tertera pada kurva. Dokter menyarankan saya untuk makan lebih banyak protein, putih telur 3x sehari, tahu, tempe, tahu, dan es krim. Sebelum pulang kami diberikan surat pengantar untuk tes laboratorium karena di usia kehamilan yang memasuki trimester 3 ini saya sama sekali belum cek laboratorium. Cerita tes lab dapat dilihat disini yaa.

Jumat, 07 April 2017
Hari ini pergi ke kantor seperti biasa dan saya mulai makan telur rebus 3x sehari demi BB debay naik. Aktifitas di kantor cukup padat dan melelahkan.

Sabtu, 08 April 2017
Weekeend! Hari sabtu saya manfaatkan untuk beres-beres rumah dan tetap konsisten makan telur rebus 3x sehari, tahu, tempe, es krim. Nyaam demi Debay.

Minggu, 09 April 2017 - Senin, 10 April 2017
Minggu pagi saya manfaatkan untuk beres-beres lagi, kali ini beresin pakaian dan cuci lipat semua baju calon bayi. Hihi. Sorenya saya dan suami pergi ke rumah ibu mertua karena suami saya akan gantian jaga malam di RS menemani ayah mertua yang sedang dirawat di UGD.

Magrib suami pamit ke RS, saya pun ngobrol-ngobrol biasa dengan keluarga suami. Sekitar jam setengah sembilan saya merasa ingin buang air kecil, namun belum sampai ke kamar mandi tiba-tiba air keluar seperti ngompol. Ah mungkin karena sudah tidak kuat ingin pipis jadi ngompol. Lalu saya ambil lap pel dan ke WC, ternyata saat di WC air keluar makin deras. Panik campur bingung apa ini air ketuban? Usia kehamilan belum cukup, BB debay masih kecil. Ya Allah tolong selamatkan janin kami.

Keluar dari WC saya kabari ibu mertua kalau ada air yang keluar, ibu mertua saya langsung menelepon temannya yang bidan dan bu bidan bilang kemungkinan air ketuban coba cek ke RS. Dengan rasa panik akhirnya ibu mertua saya menelepon suami yang sedang stand by di UGD untuk menjemput saya di rumah lalu ke RS Borromeus.

Kami sampai RS sekitar pukul 21.30. Saat dicek dengan kertas lakmus, memang air yang keluar itu adalah air ketuban. "Ini harus segera dilahirkan bu, Nanti bsk pagi di USG dulu lalu diinduksi soalnya ibu belum ada kontraksi" kata Suster. Setelah itu denyut jantung janin dicek dan hasilnya denyut jantung janin turun drastis setiap 15 menit, hati saya lagi-lagi tak karuan. Suster menjelaskan hal itu terjadi karena air ketuban yang semakin sedikit atau karena kelilit tali ari-ari. Saya juga langsung disuntik pematang paru-paru untuk janin. Rasanya kremi-kremi ngilu heheeu

Suster meminta saya tidur saja, tapi mata ini sangat sulit terpejam. Sekitar jam 12 malam, detak jantung janin dicek lagi dan hasilnya tetap sama. Setelah itu saya mulai merasakan mulas sesekali. Sekitar jam 2 dini hari, perut saya mulai kontraksi rutin tapi saya tahan dengan mengucap dzikir. Lama lama kontraksi semakin intens sekitar 5 menit sekali dan saya ingin sekali mengejan. Karena sudah tidak kuat dengan mulas kontraksi dan bingung harus apa, akhirnya saya pinta suami saya untuk panggil suster ke ruangan.

Suster datang dan langsung mengecek kondisi saya. Awalnya suster ingin periksa dalam terlebih dahulu untuk mengecek posisi bayi sudah seperti apa, tapi setelah suster lihat ternyata rambut bayi sudah nongol :') "Bu, kita harus pindah ke ruang bersalin, ini bayinya udah kelihatan mau keluar"

Segala rasa campur aduk. Saat mau pindah kasur, adzan subuh berkumandang. Suami saya izin pada suster untuk sholat dulu sebelum saya dibawa ke ruang bersalin. Setelah sholat, suami pun meminta saya sholat dulu sambil berbaring saat perjalanan menuju ruang bersalin.

Sesampainya di ruang bersalin saya tidak diperbolehkan untuk langsung mengejan karena menunggu dokter yang belum datang. Saat dokter sudah datang dan perut saya mulai kontraksi lagi, saya baru diperbolehkan mengejan. Bismillah. Saat mengejan pertama, bayi belum keluar. Saat itu juga saya disuruh jangan menahan nafas di tenggorokan saat mengejan. Maklum buu pas senam hamil belum pernah latihan mengejan karena bbelum sampai ke 36w heheu. Perut mulai kontraksi lagi, lagu saya bilang ke dokter kalau saya kontraksi dan mulai diperbolehkan mengejan. Bismillah, saya mengejan lalu terdengar tangis yang keras dari buah hati kami. Alhamdulillah Tabarakallah bayi kami telah lahir :')

Segala rasa haru, syukur dan bahagia berkumpul jadi satu. Saya telah menjadi seorang ibu :') Setelah dipotong tali ari-arinya, bayi kami langsung dibawa ke suami saya untuk diadzankan dan setelah itu disimpan di atas dada saya. Masya Allah anakku telah lahir :')

Selamat datang ke dunia buah hatiku. SAMUDRA DIPA NEGARA. Bandung, 10 April 2017 Pukul 05.28 WIB dengan berat 1,990 kg dan panjang 46cm. Rabbi Habli Minnasholihin. We love you, Dipa :)



Continue reading Cerita Melahirkan Samudra Dipa Negara