Saturday, June 18, 2022

, ,

Anakku Jadilah Pemimpin Muslim yang Baik

Bicara soal parenting adalah hal yang rumit. Tiap orang tua pasti punya cara pengasuhan tersendiri dan tidak bisa dibanding-bandingkan. Anehnya kenapa netizen zaman sekarang hobby sekali membandingkan satu sama lain ya? Hehehe 

Pola pengasuhan saya pada anak pun masih belum terarah, apalagi anak-anak baru berusia 5 tahun dan 3,5 tahun. Saya masih belum mengetahui apa yang kami lakukan selama ini sudah benar atau sebaliknya. Meskipun demikian alhamdulillah suami sangat terlibat dalam pengasuhan anak. Berikut ini hasil diskusi yang kami terapkan dalam mengasuh anak. Proses mengasuh anak ini pasti tidak ideal, tidak konsisten dan banyak kurangnya, tapi kami berproses bersama! :)

Menentukan Mimpi yang Besar


Sebagai penentu GBHK (Garis Besar Haluan Keluarga), suami memiliki tugas yang sentral untuk menentukan mimpi besar bagi anak-anak. Suami menyimpulkan bahwa target besar yang ingin kami capai adalah kami ingin anak-anak menjadi pemimpin yang baik sesuai syariat islam. 


Kenapa pemimpin?
1. Meskipun masih skala mikro, saat ini kami adalah pemimpin di perusahaan yang kami rintis.
2. Tidak banyak orang yang dikasih kesempatan / kemampuan jadi pemimpin.
3. Dunia butuh pemimpin Islam yang baik, jarang ada orang tua yang memfokuskan ini.

Mohon maaf jika terlihat ambisius, tapi menurut Eleanor Rosevelt, "Masa depan adalah milik mereka yang percaya pada keindahan mimpi-mimpi mereka." 

Pada buku PhD Parent Stories karya Ario Muhamad, PhD juga diceritakan kisah yang menggugah hati tentang perjuangan seorang ayah Richard Williams menjadikan dua anaknya, Venus dan Serena Williams menjadi petenis terbaik di dunia. 

Richard Williams lahir sebagai ras kulit hitam dengan latar belakang keluarga yang keras. Saat menonton kemenangan turnamen tenis di televisi, Richard melihat besarnya hadiah yang diterima pemenang. Karena termotivasi dengan hadiah, Richard mulai belajar tentang teknik dasar bermain tenis lewat video dan tontonan di televisi. Richard kemudian menyusun 78 rencana untuk membuat kedua anaknya menjadi juara tenis dunia. 

Kegigihan sang ayah membuahkan hasil. Hampir 30 tahun sejak rencana ditulis oleh sang ayah, Richard bisa menyaksikan Venus dan Serena William bertengger menjadi petenis papan atas dunia dan memenangkan grand slam (kejuaraan tertinggi di dunia tenis).

Membuat Mind Map  Keluarga


Tahun lalu, saat usia sulung 4 tahun, kami berdiskusi serius tentang pendidikan keluarga. Tujuan kecilnya untuk menentukan anak akan sekolah TK di mana, tujuan besarnya mau dibawa ke mana pendidikan keluarga kami secara umum.


Mind Map Keluarga

Selanjutnya kami membuat mind map yang isinya target pendidikan suami, target pendidikan istri, target pendidikan anak, dlsb. Mind map ini kami update secara berkala dengan tujuan keluarga kami jangan terjebak pada fixed mindset. Keluarga harus memiliki growth mindset.

Menyamakan Pandangan Orang Tua


Mulai satu tahun lalu juga suami mengajak saya untuk membaca buku tentang parenting islami. Setelah dia selesai membaca buku, suami akan meminta saya gantian untuk membaca buku satu per satu.

Membaca buku ini menjadi hal rutin yang kami lakukan bersama setelah sholat subuh dan mengaji. Meskipun kecepatan membaca saya dan suami berbeda jauh, tapi kami memiliki tujuan yang sama, yaitu memperkaya pengetahuan kami agar proses pendidikan anak berlangsung selaras. 


Sebagian buku tetang islamic parenting

Jangan harap saya hapal semua buku yang kami baca ya :p Kenyatannya teori di buku ternyata memang tidak semua bisa diterapkan. Jika ada yang cocok bisa langsung dipraktekkan, jika tidak cocok ya anggap angin berlalu. 

Membuat Kebiasaan Rutin yang Baik

Pengaruh kebiasaan dan keseharian orang tua sangat besar. Karakter dan pembawaan anak-anak cenderung mirip orang tuanya karena melihat keseharian orang tua. Ada beberapa kebiasaan rutin yang kami coba terapkan kepada anak-anak, harapannya anak-anak bisa terbiasa sejak kecil hingga dewasa nanti.

1. Membiasakan Sholat di Masjid bagi Laki-laki

Sebagai orang tua dari dua anak laki-laki, kami berupaya untuk memberitahu agar laki-laki jika sudah baligh sebaiknya sholat wajib berjamaah di masjid jika tidak ada halangan. Hal ini pun tidak bisa jika hanya diberitahu secara lisan saja, ini wajib dicontohkan. 

Sejak anak-anak bisa berjalan, suami rutin mengajak anak-anak sholat wajib berjamaah di masjid. Alhamdulillah anak-anak mulai paham sedikit demi sedikit. Jika adzan berkumandang, anak-anak sering mengingatkan untuk sholat, walaupun saat diminta sholat masih kabur-kaburan hehe.

“Barangsiapa yang mendengar adzan, namun tidak mendatanginya maka tidak ada shalat baginya, kecuali ada udzur” (HR. Abu Daud no.551, Ibnu Majah no.793, dishahihkan oleh Ibnu Hajar dalam Bulughul Maram [114])

2. Membaca Buku

Saya dan suami membuat target biasa membaca buku setiap hari. Target yang saya buat tidak muluk-muluk, minimal satu lembar per hari juga sudah cukup, berbeda dengan target suami jauh lebih banyak.

Begitu pula dengan anak-anak jadi terbiasa membaca buku setelah melihat orang tuanya rutin membaca buku. Saya juga memiliki jadwal rutin membaca buku untuk anak sebelum tidur yang sudah diceritakan di Pengalaman-mengenalkan-buku-pada-anak.

3. Memiliki Jadwal Harian Rutin

Sejak bayi, kami membiasakan anak-anak memiliki jadwal harian yang rutin sehingga mereka tahu kapan waktunya untuk tidur, kapan waktunya main, dan kapan waktunya makan. Dengan jadwal rutin juga anak terbiasa hidup teratur, sehingga tidak begitu sulit untuk menyesuaikan jadwal rutin anak dan orang tua.

Sampai saat ini alhamdulillah anak-anak sudah terbiasa tidur malam antara jam 20.00-21.00 dan bangun tidur saat subuh. Setelah subuh biasanya kami ajak anak-anak mengaji lalu sarapan pagi sekitar jam 06.00-07.00. Saya juga pernah menuliskan cerita Pengalaman-melatih-anak-terbiasa-bangun-pagi di blog ini.


Penutup


Cerita parenting kami pasti jauh dari kaya pengalaman apalagi anak-anak belum memasuki usia sekolah jadi kontrol pada anak sepenuhnya masih di bawah tangan orang tua. Tantangan yang akan kami hadapi kedepannya pasti akan lebih banyak. 

Sebagai seorang ibu, diri ini juga masih terlalu banyak kekhilafan. Masih sering marah-marah, lebih sering beli lauk pauk dibanding masak sendiri, masih membolehkan anak bebas menonton tv jika berkunjung di kakek-nenek, dll hehehe. 

Perjalanan pengasuhan anak-anak ini masih sangat panjang dan sarana belajar sepanjang masa. Mohon doanya, meskipun teknisnya masih sangat abstrak dan belum terbayang, harapan agar anak-anak bisa menjadi pemimpin muslim yang baik bisa terwujud aamiin. 

Tulisan ini dibuat untuk memenuhi Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog




6 comments:

  1. Teh Yuli luar biasa ... ya Allah itu buat mindmap meni keren : salut. Betul banget memang akan ada tahapan perkembangan anak yang harus juga diikuti oleh pengembangan diri orangtua. Insyaallah ... Kalau kayak keluarga Teh Yuli yang sudah punya pegangan gini bisa lebih mudah untuk menjalankannya ... aamiin.

    ReplyDelete
  2. Masya Allah.. Rajin sekali... 🤩
    Namanya juga manusia. Pasti ada khilafnya. Bisa jadi cerminan ke depan untuk terus mendampingi anak2 menjadi pemimpin muslim yang baik. Insya Allah. Aamiin... 🤗😘

    ReplyDelete
  3. Mantabb betul Mamah Yuli. Sudah membuat target bagi diri sendiri, suami, dan kedua buah hati. Mengajak anak menjadi routine person pun manfaatnya luar biasa.

    Aamin aamiin ya Rabb, semoga harapan Mamah Yuli dan suami untuk anak-anak dikabulkan olehNya.

    ReplyDelete
  4. Rajin banget teh...
    Keren to the max

    ReplyDelete
  5. aku terpana dengan mindmap keluarga, termasuk ayah dan ibu nya. Wow, kayaknya perlu ditiru ini. Suka dengan istilah growthmindset.

    eh tapi jadi pengen tau, itu bikin mindmap kira-kira pake software apa ya teh?

    ReplyDelete